Mengenang Khutbah Jumat di Masjid Al Markaz Al Islam oleh HB. Amiruddin Maula: Jangan Hujat Saya dengan Allahu Akbar. Kamis, 12 Maret 2015 21:36 WITA. Jangan Hujat Saya dengan Allahu Akbar
Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading. Lalu, manusia mati meninggalkan nama. Hanyalah nama sebagai identitas dengan segala atribut kebaikannya berupa amal jariah yang ditinggalkan seseorang manakala ia telah meninggal dunia.
Ketika mengetahui kepergian HB. Amiruddin Maula (Mantan Walikota Makassar periode 1999-2004) menuju keabadian hidup, saya langsung mengenang sejumlah memori penting terkait dengan beliau.
Pertama, suatu waktu, kami mendemo beliau selaku Wali kota Makssar. Ketika itu, saya masih menjadi Sekjen Komite Persiapan Penegakan Syariat Islam (KPPSI) memimpin demo massa KPPSI di kawal oleh ratusan Laskar Jundullah menuju Balaikota Kantor Pemerintah Kota Makassar. Tak ada Satpol yang menghalangi kami masuk ke halaman depan kantor Wali Kota. Orasi menuntut penertiban praktik judi, pelarangan pereradaran Miras dan menutup tempat operasi Pekerja Seks Komersial (PSK) menjadi tema orasi. Takbir yang diteriakkan secara serempak massa demostrans, bertalu-talu menggema. Sudah tentu, segenap pegawai yang sedang bekerja di dalam kantor tidak bisa konsentrasi. Sebagian diantaranya kemudian memilih keluar menonton aksi kami. Saya tahu bahwa Pak Wali Kota ada di dalam sedang memimpin rapat. Aksi Demo dan Orasi takkan di hentikan sebelum Wali Kota bersedia menerima kami.
Akhirnya, Wali Kota HB. Amiruddin Maula keluar menemui kami, dan menerima tuntutan aspirasi. Saya pun terkesan, atas sambutan sang Wali Kota. Diantaranya, beliau berkata: "Adinda Aswar.... Saya juga adalah orang Islam yang beriman. Aspirasi adinda Aswar dan kawan-kawan akan saya pikirkan jalan keluarnya. Tak usah hujat saya dengan Allahu Akbar. Mari kita sama-sama memikirkan jalan keluarnya."
Luar biasa cara beliau menyambut kami. Tampil dengan sejuk, tidak meledak-ledak, karena merasa sok pintar dan berkuasa. Beliau mengatakan, mulai saat ini, tidak boleh lagi ada izin penambahan atau perpanjangan tempat- tempat yang di dalamnya ada maksiat (praktik judi, miras dan PSK). Dan tolong dicatat itu. Kalau terjadi pelanggaran, segera laporkan kepada saya.
Kedua, menjelang akhir periode jabatannya sebagai Wali Kota Makassar, almarhum mulai belajar berkhotbah dan rajin mengisi acara khotbah Jumat di Masjid-Masjid. Sebelumnya, beliau memang sering mengisi ceramah ramadhan sebagaimana layaknya para Ustadz mengisi ceramah ramadhan. Seingat penulis, amat jarang pejabat Kepala Daerah yang bisa dan mampu menjadi khatib Jumat. Kalau ceramah Agama mungkin banyak. Alhamdulillah Almarhum selaku pejabat Kepala Daerah adalah salah satu yang sedikit tersebut. Memang, beliau ditunjang oleh latar belakang sebagai Aktifis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Jadi, lebih mudah terpanggil dan beradaptasi dalam berdakwah.
Ketika selesai memberi Khutbah Jumat di Masjid Al Markaz Al Islam, dimana saya di sana sebagai pengurus masjid, saya mengapresiasi isi khotbahnya, sembari berkata, bahwa sekali Bapak naik mimbar Jumat, maka berpantang untuk berhenti jika umat membutuhkan Bapak. Beliau kalau tidak salah, menjawab dengan merendah: "Insya Allah Dek Aswar, saya ini masih belajar tapi kalau umat membutuhkan Insya Allah kita mesti siap." "Terima kasih Pak Wali" Demikian jawaban balik saya.
Ketiga, ketika saya bersama Mantan Menkumham dan Dubes Rusia dan Belarusia Hamid Awaludin dan Aidir Amin Daud (Dirjem HAM Kemenkumham sekarang) menyempatkan diri bersilaturrahmi, beliau sedang berada di Masjid. Kami memang tiba, ketika waktu menjemput Isya.
Setelah di persilakan masuk ke ruang tamu, kami pun diminta menunggu beliau hingga shalat Isya usai. Menurut penjelasan yang kami terima, bahwa akhir-akhir ini, aktifitas beliau antara Magrib dan Isya lebih banyak memilih berdiam di Masjid. Tentu, beliau bergiat zikir atau cerita tentang agama bersama jamaah masjid lainnya. Artinya, akhir-akhir ini, hingga ajal menjemputnya, almarhum HB Amiruddin Maula sudah lebih mempersiapkan diri menuju akhirat.
Mengenang Khutbah Jumat di Masjid Al Markaz Al Islam oleh HB. Amiruddin Maula
Kehidupan spiritualitas beliau demikian intensif. Hiruk pikuk dunia tidak lagi menggodanya. Buktinya, beliau tidak lagi sibuk di panggung politik kekuasaan. Meskipun namanya sempat santer disebut-sebut sebagai caleg di salah satu parpol terpopuler. Akherat rupanya menjadi pilihan yang lebih menggodanya.
Mengembalikan Makassar
Banyak yang tidak tahu atau sebagian orang mungkin sudah lupa bahwa nama Kota Makassar yang pernah mendunia dan menghilang, kemudian kembali lagi tersemat sebagai nama Kota Makassar yang dahulunya bernama Kota Ujung Pandang adalah berkat jasa dan kerja keras Wali Kota HB Amiruddin Maula.
Pengembalian nama itu, telah dirintis sejak Wali Kota H Malik B Basri. Namun, di periodenya HB Amiruddin Maula Nama Kota Makassar secara resmi kembali dapat diberlakukan sebagai nama ibu kota Makassar berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 86 Tahun 1999.
Saya pikir, karya dan warisan monumental yang dikenang sepanjang masa dari Almarhum HB. Amiruddin Maula adalah karena jasanya mengembalikan nama Kota Makassar. Adalah benar masih banyak karya pembangunan fisik yang beliau wariskan, seperti pasar Pa' Baeng-Baeng, revitalisasi pasar Butung, GMTC, Terminal Daya, dan masih banyak lagi. Tapi sebagaimana kata pepatah, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. HB. Amiruddin Maula tidak sekadar meninggalkan namanya seorang pribadi dengan aneka pesonanya, tetapi juga sekaligus mewariskan nama Makassar yang kini menjadi nama kebanggaan segenap warga Kota Makassar.
Simaklah salah satu penggalan puisi almarhum berikut ini: ‘’…aku hanya ingin berpesan/jangan tergoda rayuan gombal dan janji-janji yang memabukkan/jangan gadaikan cintamu terhadap mereka yang hanya menebar pesona tanpa kerja nyata/tanpa bisa membedakan air laut dan air tawar/jangan pasrahkan tubuhmu dijahili dengan syahwat birahi/jangan mau berlayar bersama nakoda yang tak tahu membaca kompas/oh Makassar/bila saatnya telah engkau akan memilih/pilihlah yang ganteng kerena senyumnya yang simpatik dan menawan/pilihlah yang sopan dan cerdas karena tutur katanya yang lembut dan sangat terpelajar/pilihlah yang setia, berdedikasi dan berpengalaman sebagai inang pengasuhmu puluhan tahun/pilihlah yang rendah hati dan tidak sombong, namun pekerja keras dan punya rasa malu ……..’’(Puisi ‘Oh, Makassar II’ oleh HB Amiruddin Maula).
Selamat jalan Kanda HB. Amiruddin Maula. Berangkatlah dengan jiwa yang tenang, temuilah penciptamu dalam keridhaan-Nya. Amin...(*)
Oleh;
Aswar Hasan
Anggota Forum Dosen Majelis Tribun Timur Sumber: http://makassar.tribunnews.com/2015/03/12/jangan-hujat-saya-dengan-allahu-akbar Mengenang Khutbah Jumat di Masjid Al Markaz Al Islam oleh HB. Amiruddin Maula
Home » Khutbah Jumat » Mengenang Khutbah Jumat di Masjid Al Markaz Al Islam oleh HB. Amiruddin Maula
Mengenang Khutbah Jumat di Masjid Al Markaz Al Islam oleh HB. Amiruddin Maula
Posted by Khutbah Jumat on Saturday, March 28, 2015
Khutbah Jumat MK
Khutbah Jumat MKUpdated: Saturday, March 28, 2015
0 comments:
Post a Comment
Silakan memberi komentar dan masukan atas Materi Teks Makalah Naskah Contoh Khutbah Jumat Singkat ini.